In Thareqat on February 22, 2005
at 9:30 pm
TAREKAT NAQSYABANDIAH
Zubaidi
Makalah-makalah SeminarTerbentuknya tarekat naqsyabandi melalui beberapa
fase. Fase pertama, Pra Sejarah berdirinya tarekat Naqsayabandiyya, belum punya
identitas. Fase kedua, Periode Formasi Tarekat Naqsyabandi, terlihat
identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan sufi. Fase ke-tiga,
periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi, menjadi sebuah
perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi.
Solat lah kamu..mengingati ALLAH dan ROSUL dimana sahaja...
Tarekat Naqsyabandi merupakan satu-satunya tarekat yang memiliki Silsilah
transmisi pengetahuan melalui pemimpin pertama ummat Islam, Abu Bakar as-Sidiq.
Tidak seperti tarekat-tarekat lainnya, dimana Silsilah-nya berpangkal dari
salah satu pemimpin spiritual dan Imam Syi’ah, yaitu Imam Ali Ibn Abi Thalib.
Salah satu Karakter tarekat Naqsyabandi adalah tergambar melalui fakta
bahwa kesesuaian-nya dengan hukum-hukum Islam merupakan suatu hal yang teramat
penting dalam perkumpulan ini. Ketaatan yang mendalam terhadap hukum-hukum
syariat adalah thema yang sering di tekankan oleh banyak kalangan Naqsyabandi
dalam mendefinisikan jalan mistik mereka.
Dalam perkembangannya Tarekat Naqsyabandiyyah tersebar luas di Asia tengah,
Volga, Kaukasia, Barat laut dan Barat daya China sampai ke Indonesia,
sub-kepulauan India, Turki, Eropa dan Amerika Utara.
Tarekat Naqsyabandiyyah, lahir dan di formalkan dengan menggunakan nama salah
satu ahli Silsilah yang terkenal dan memiliki banyak pengikut di berbagai
pelosok Dunia Islam. Ia adalah Muhammad Ibn Muhammad Baha’ al-Din
al-Naqsyabandi, yang lahir dari kota Hinduwan
atau kota Arifan, Bukhara
Uzbekistan
pada tahun (717 H/1318 M – 791 H/1389 M).
Tradisi
Naqsyabandi tidak menganggap Baha’ al-Din al-Naqsyabandiyah sebagai pendiri
tarekat, atau dalam pengertian lain Tarekat Naqsyabandi bukan berawal darinya.
Akan tetapi karena kebesaran namanya, sebagai seorang tokoh sufi yang besar dan
pemimpin dzikir yang di hormati dan di cintai. Namanya diabadikan dan digunakan
sebagai bentuk penghomatan padanya.
Ada 3 fase periode pembentukan Tarekat Naqsyabandiyya.
Fase pertama, Pra Sejarah
berdirinya tarekat Naqsayabandiyya.
Pada
fase pertama periode pra sejarah Tarekat Naqsyabandi di sebutnya sebagai
“Periode protohistoris” . Disebut sebagai periode protohistoris karena Tarekat
Naqsyabandi pada masa itu belum mempunyai identitas, karena tokoh-tokohnya atau
garis Silsilahnya tidak dianggap sebagai eksklusif milik Tarekat Naqsyabandiyah
yang menggunakan paham sunni Salah satu contoh-nya adalah Saidina Ja’far
as-Sodiq.
Dia adalah Imam Syiah ke 6 dari garis keturunan Ayahnya Imam Baqir
sebagai Imam syiah ke 5, akan tetapi dari garis keturunan Ibunya ia adalah cucu
saidina Qosim Bin Muhammad Bin Abu Bakar as-Siddiq, dan cicit dari Abu Bakar
Siddiq. Imam Ja’far as-Sodiq dalam transmisi ke Ilmuawannya lebih condong ke
Ibunya putrid Saidina Qosim dan mengenal Ilmu-ilmu Agama langsung dari kakeknya
Saidina Qosim. Garis Silsilah pada periode ini dimulai dari:
Berpeganglah KAMU...dengan QURAN dan Sunnah KU ( Hadith )
* Syaikh Abu Ali Fadhlal bin
Muhammad Ath-Thusi al-Farmadi
* Syaikh Abu Hasan Ali bin Abu Ja’far al-Kharkani
* Syaikh Abu Yazid Thaifur bin Adam bin Syarusyan al-Busmati
* Saidina Imam Ja’far as-Sodiq
* Saidina Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Shiddiq
* Saidina Salman al-Farizi
* Saidina Abu Bakar as-Shidiq
* Nabi Muhammad saw.
Pada
periode protohistoris ini, Tarekat Naqsyabandi juga disebut sebagai Tarekat
Uwaysi. Disebut demikian karena inisiasi (bay’ah) tidak selalu di lakukan oleh
mursyid yang masih hidup dan selalu hadir secara fisik, akan tetapi inisiasinya
dapat dilakukan oleh mursyid yang kehadirannya secara spiritual (Rohanyah) baik
syeakh yang masih hidup maupun syeakh yang sudah meninggal sekalipun atau pula
melalui Nabi Khidir.
Dinamakan
Tarekat Uwaysi berkenaan dengan tokoh rohani atau spiritual pada zaman sahabat,
yaitu Uwaysi al-Qorni. Disebutkan bahwa Uwaysi al-Qorni selalu berjumpa dengan
Nabi walaupun tidak pernah berjumpa secara fisik, perjumpaanya selalu melalui
perjumpaan rohani.
Fase kedua, Periode Formasi Tarekat Naqsyabandi
Pada
fase kedua ini, sejarah Tarekat Naqsyabandi mulai terlihat identitasnya sebagai
sebuah perkumpulan persaudaraan sufi. Identitas Tarekat Naqsyabandi berawal
atau bersumber dari Guru Sufi besar yang hidup se-zaman dengan Muhiddin Abu
Muhammad Abdul Qadir bin Abi Saleh Zangi Dost Jilani (Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani), yaitu Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani (w 1140 M).
Syaikh
Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani, memiliki 2 orang murid yang sekaligus sebagai
khalifahnya dalam menyebar luaskan ajaran-ajarannya, yaitu Syaikh Ahmad
al-Yasawi (w 1169 M), dan Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani (w 1220 M).
Islam pada Zaman Abbasiah...
Syaikh
Ahmad al-Yasawi sebagai khalifah menyebarkan ajaran gurunya dengan membentuk
suatu perkumpulan persaudaraan sufi, yaitu Tarekat Yasawi. Yang penyebarannya
dari Asia tengah hingga Turki dan Anatolia.
Sedangkan
Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani dalam menyebarkan ajaran gurunya di lakukan
dengan membentuk Tarekat Kwajagan (cara khoja atau guru). Adapun penyebarannya
berada pada sekitar daerah Transoksania.
Syaikh
Abdul Khaliq Gujdawani dengan tarekat kwajagan-nya merupakan pilar dasar
terbentuknya Silsilah Tareqat Naqsyabandi. Dan dari sanalah ruh gnosis Islam
dan suksesi ajaran-ajaran Syaikh Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani terbentuk dan
melembaga kedalam suatu bentuk Silsilah yang tidak pernah putus. Adapun suksesi
pewarisan ajaran Syaikh Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani terurai kedalam suatu
Silsilah, sebagai berikut:
* Syaikh Muhammad Baha’ al-Din
al-Naqsyabandi ibn Muhammad as-Syariful Husaini al-Hasani al-Bukhari (w 1389 ),
Ia mengambil dari ……..
* Syaikh Sayid Amir Kulali ibn Sayid Hamzah (w 1371 ), Ia mengambil dari …….
* Syaikh Muhammad Baba al-Samasi (w 1340), Ia mengambil dari ……..
* Syaikh Azizan Ali al-Ramitani (w 1306), Ia mengambil dari ……..
* Syaikh Mahmud al-Anjiri Faqhnawi (w 1272), Ia mengambil dari …….
* Syaikh Arif ar-Riwiqari (w 1259), Ia mengambil dari …….
* Syaikh Abdul Khaliq Guddawani (w 1220), Ia mengambil dari …..
* Syaikh Abu Ya’qup Yusup al-Hamadani (w 1140).
Selanjutnya
dalam tarekat Kwajagan melalui Syaikh Abdul Khaliq Kudawani, gurunya menetapkan
delapan prinsip dasar dalam ajarannya. Dan kedelapan prinsip prinsip dasar
tersebut menjadi dasar dari Tarekat Naqsyabandi. Kedelapan prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
(1). Husy dar dam, (2). nazhar bar qadam, (3). safar dar watan, (4). khalwat
dar anjuman, (5). yadkard, (6). bazgasyt, (7). nigah dast, dan (8). yads dast.
Dari dasar-dasar ajaran syaikh Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani, selanjunya oleh
Syaikh Baha’ al-Din al-Naqsyabandi menambah 3 prinsip utama sebagai
penyempurnaan. Ke tiga prinsip tambahan itu, adalah (1). Wuquf zamani, (2).
Wuquf ‘adadi, dan (3). Wuqub qalbi.
Ke-sebelas
prinsip tersebut selanjutnya dan seterusnya semenjak abad 13 dan 14 yang silam
telah di nisbatkan pada Tarekat Naqsybandi, dan sekaligus sebagai cikal bakal
dan pilar dasar terbentuknya sebuah gnosis Islam Tarekat Naqsyabandi.
Sejak
di nisbatkannya nama Naqsyabandi dari Syaikh Baha’ al-Din sebagai Nama dan
Identitas dalam perkumpulan tarekat yang sebelumnya berupa tarekat khwajagan,
Tarekat Naqsyabandi semakin masyhur dan memiliki pengaruh yang sangat luas dari
masa ke masa.
Figur utama Syaikh Baha’ al-Din tidak hanya di kenal sebagai seorang
sufi besar akan tetapi juga di kenal sebagai seorang tokoh penasehat utama
sultan, yang tegas dan berani serta adil pada masa pemerintahan sultan Khalil
(w 1347). Namanya di catat dalam sejarah kesultanan Samarkand. Semua kemajuan yang di capai oleh
ke sultanan tidak dapat dilepaskan dari peran serta dan keterlibatan Baha’
al-Din.
Fase ke-tiga, periode
perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi
Pada
periode ini, Tarekat Naqsyabandi telah menjadi sebuah perkumpulan besar yang
terorganisir dengan baik dan rapi. Pengikut-pengikut Tarekat Naqsyabandi tidak
hanya orang-orang yang menginginkan dan mencari pengetahuan spiritual, akan
tetapi sejumlah ahli figih, ahli tafsir dan ahli hadist berbai’at kepada Syaikh
Baha’ al-Din.
Sederet Nama besar ahli Agama menjadi khalifah Syaikh Baha’
al-Din, seperti Khwaja Ala’ al-Din al-Aththar (w 1400) seorang ahli hadist, dan
theology Islam, Khwaja Muhammad Parsa (w 1419) seorang ahli tafsir Al-Quran,
dan bersama Ya’qub al-Charki menulis Tafsir Al-Quran, Khwaja Sa’id al-Din
Kasyghari (w 1459) seorang teolog dan ahli Filasafat. Pada periode ini yang
paling menonjol adalah murid dan sekaligus seorang khalifah Ya’qub al-Charki,
yaitu Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar as-Samarqandi (w 1490) yang
kemudian menjadi penerus kemursyidan tarekat Naqsyabandi generasi ketiga Syaikh
Baha’ al-Din.
Berbagai
refrensi dan buku-buku sejarah tarekat Naqsyabandi ini, Syaikh Nasaruddin
Ubaidullah al-Ahrar telah merubah sebuah paradikma klasik yang meng-identikkan
kesufian dan kemiskinan. Ia adalah simbul seorang Mistikus Islam yang sangat
amat kaya. Pemilik 3.300 perkampungan (mazra’ah) dan lahan pertanian yang
sangat luas. Sebuah kampung terkenal Pashaghar di samarkand adalah miliknya, dan dalam
perniagaannya di bantu oleh tiga ribu buruh dan tiga ribu pasang kerbau untuk
mengairi lahan pertaniannya. Delapan ribu maund gandum di serahkan kepada
sultan Ahmad Mirza sebagai pajak tanah pertanian setiap tahun.
Syaikh
Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar sebaga mursyid ke 18, dalam suksesi kemursidan.
Pada masa kepemimpinannya, Tarekat Naqsyabandi telah tersebar dan menguasai
hampir seluruh wilayah Asia Tengah meluas ke Turki dan India. Kemudian
telah berdiri beberapa pusat perkumpulan (cabang), seperti China, Chiva,
Taskend, Harrat, Bukhara, Iran, Afganistan, Turkistan, Khogan, Baluchistan,
Iraq, India.
Pada
periode ini, Tarekat Naqsyabandi mencapai puncaknya ketika suksesi kemursidan
di pegang oleh Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi (w 1624) sebagai mursyid ke 23.
Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi adalah seorang Teolog terkemuka di Dunia dan
pemikir yang berilyan.
Ia adalah murid kesayangan karena kecerdasannya,
kesuhudan dan keshalehannya, dan di hormati karena ketinggian Ilmunya dan
pemikirannya yang sangat cemerlang dari seorang guru sufi besar, al-Qutub
Syaikh Muhammad Baqi Billah (w 1603) mursyid ke 22 Tarekat Naqsyabandi yang
bermukin di India.
Dibawah
kepemimpinan Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi, Tarekat Naqsyabandi telah
tersebar ke berbagai penjuru Dunia Islam dan di ikuti oleh banyak pengikut.
Pada masa itu pula telah berdiri beberapa tempat pusat kegiatan berupa
kangah-kangah, seperti di Jabal Abu Qubais Arab, Yaman, Damaskus, Mesir,
Spanyol, Bagdad, Afrika dan Amerika Utara.
Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi tidak hanya seorang guru sufi besar akan tetapi
juga seorang Mujaddid. Dan pemikirannya tidak hanya di akui oleh dunia Islam
akan tetapi juga oleh para orientalis barat, katab-kitab karanganya telah
menjadi rujukan Ilmu-ilmu Filsafat dan Sosial. Demikian juga para
mursyid-mursyid berikutnya, setiap zaman, setiap masa, para mursyid sebagai
ahli silsilah di Tarekat Naqsyabandi senantiasa memiliki keahlian-keahlian yang
berbeda sesuai dengan kondisi zaman.
No comments:
Post a Comment