http://arrahmah.com/read/2011/08/11/14617-ramadhan-sirah-nabawwiyah-4-fathu-makkah-kemenangan-di-setiap-zaman.html
PEMBUKAAN KOTA MEKAH.
Arrahmah.com – Pada tanggal 22 Ramadhan 8 H yang bertepatan dengan bulan Januari 630 M, Rasulullah SAW memimpin 10.000 kaum muslimin menaklukkan kota suci Makah. Kemenangan besar yang terjadi di bulan Ramadhan tersebut telah berlalu selama 1424 tahun hijriyah, namun sampai hari ini dan esok, ia senantiasa melimpahkan beribu pelajaran bagi kaum muslimin.
Para ulama, cendekiawan, dai, murabbi, dan mujahid selalu mengenangnya dan mengkajinya sepanjang masa. Dari satu waktu ke waktu lainnya, mereka nantiasa menemukan mutiara pelajaran yang tiada habisnya.
Di bulan suci Ramadhan ini, kita akan mengenang, mengkaji, dan mencoba memetik mutu manikam hikmah dari peristiwa besar tersebut. Berikut ini sebagian hikmah yang dapat kita simpulkan.
Sebab Keberangkatan Pasukan Islam
Perjanjian Hudaibiyah memberi kesempatan kepada setiap suku untuk bersekutu dengan pihak yang disukainya. Suku Khuza’ah memilih bersekutu dengan kaum muslimin, sedang suku Bakr bersekutu dengan Quraisy. Kedua suku itu sejak zaman Jahiliyah telah bermusuhan. Permusuhan itu terhenti dengan adanya perjanjian Hudaibiyah.
Namun pada bulan Sya’ban 8 H atau 23 bulan setelah perjanjian ditanda tangani, suku Bakr menyerang suku Khuza’ah secara sepihak. Suku Quraisy membantu penyerangan tersebut dengan senjata dan personil, sehingga belasan warga suku Khuza’ah tewas. Maka utusan suku Khuza’ah meminta bantuan kepada Rasulullah SAW di Madinah. Pencederaan perjanjian damai secara sepihak ini mendorong Rasulullah SAW dan kaum muslimin untuk membela sekutu mereka dan menghukum musuh.
Perjanjian damai yang semula dibenci oleh mayoritas kaum muslimin itu ternyata menjadi awal kemenangan besar. Allah SWT berfirman,
فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً
“Mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’ (4): 19)
Kekalahan mental pemimpin musyrik…awal kemenangan Islam
Rasulullah SAW berangkat bersama pasukan Madinah yang berkekuatan 10.000 personil pada tanggal 10 Ramadhan 8 H. Sepanjang jalan, banyak anggota suku-suku Arab yang bergabung dengan pasukan beliau. Abu Sufyan bin Harb, pemimpin suku musyrik Quraisy, gemetar ketakutan mengetahui berita itu. Ia berangkat bersama Abbas bin Abdul Muthalib untuk meminta jaminan keamanan dari Rasulullah SAW.
Di lembah Zhahran, Abu Sufyan akhirnya menyatakan masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Abu Sufyan menyaksikan sendiri besarnya kekuatan pasukan Islam. Pasukan musyrik Quraisy dan sekutunya pasti tak akan mampu memberi perlawanan yang berarti.
Ia segera kembali ke Makkah dan mengumumkan kepada masyarakat Makkah, “Wahai kaum Quraisy, ini Muhammad telah datang membawa pasukan yang tidak bisa kalian tandingi. Karena itu, barangsiapa memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman. Barangsiapa memasuki rumahnya, maka ia aman. Dan barangsiapa memasuki Masjidil Haram, maka ia aman.”
Penduduk Makkah pun berhamburan mencari selamat, dengan memasuki rumah masing-masing atau Masjidil Haram. Abu Sufyan telah kalah mental. Dan ia mengalahkan kaumnya sendiri. Mereka semua kalah mental, sebelum pasukan Islam benar-benar memasuki kota Makkah.
Kembali ke kampung halaman
Pasukan Islam terus berjalan, sehingga menebarkan rasa gentar di hati musuh pada setiap lembah dan kampung yang mereka lalui. Mereka berjalan sampai lembah Dzi Thuwa hingga akhirnya memasuki Makkah yang sunyi, lenggang. Rasulullah SAW menunggang untanya dengan memakai penutup kepala hitam dan merendahkan kepalanya sehingga jenggotnya menyentuh pelana unta, sebagai bentuk tawadhu’ kepada Allah SWT.
Dahulu beliau diusir dan diburu oleh kaum musyrik Quraisy untuk dibantai. Kini, 8 tahun setelah semua kejahatan itu, beliau kembali dengan kekuatan besar untuk menaklukkan kampung halaman. Maha Benar Allah Yang telah berfirman,
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُل رَّبِّي أَعْلَمُ مَن جَاء بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
“Sesungguhnya (Allah) Yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: “Rabbku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Qashash (28): 85)
Tiada kesombongan sedikit pun dalam diri beliau, justru beliau menunjukkan kerendahan hati dan ketundukan di hadapan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Perkasa. Beliau tidak melakukan pembakaran, perusakan, dan pembantaian, seperti yang biasa dilakukan oleh para diktator penakluk yang menang perang. Inilah akhlak para fatihin mujahidin rabbaniyyin.
Jaminan keamanan…kemenangan berikutnya
Rasulullah SAW kembali mengumumkan jaminan keamanan bagi penduduk Makkah, seperti yang telah diumumkan oleh Abu Sufyan sebelumnya. Rasa aman menyelimuti seluruh penduduk Makkah. Negeri yang dahulu diwarnai penindasan kaum musyrik terhadap kaum muslimin kini telah menjadi negeri yang aman dan penuh kedamaian. Rasa aman itu disusul oleh menjalarnya keislaman dan keimanan ke sanubari penduduk Makkah. Mereka pun masuk Islam secara sukarela dengan berbondong-bondong. Inilah kemenangan sejati.
Tiada jaminan keamanan untuk pemimpin kejahatan
Rasulullah SAW memberikan pengampunan umum kepada penduduk Makkah. Kecuali bagi para ‘penjahat perang’ yang melampaui batas dalam memusuhi Rasulullah SAW dan kaum muslimin. Mereka adalah orang yang menyerang wanita muslimat saat berhijrah ke Madinah, atau melecehkan Nabi SAW lewat syair-syair caci makian, atau murtad disertai pembunuhan terhadap kaum muslimin. Mereka dijatuhi hukuman mati, walau bersembunyi di balik tirai Ka’bah. Ini juga merupakan kemenangan tersendiri, agar masyarakat Islam terlindungi dari kejahatan pentolan kekafiran.
Penghancuran berhala-berhala
Di dalam dan sekitar masjidil Haram, Rasulullah SAW memimpi pasukan Islam menghancurkan satu demi satu berhala yang disembah oleh kaum musyrik. Masjid yang selama ini dikotori oleh kesyirikan dan kekejaman kaum musyrik terhadap kaum muslimin yang lemah, kini telah disucikan. Kesombongan para pemimpin musyrik yang melecehkan ayat-ayat Al-Qur’an dan dakwah Islam kini telah dirobohkan.
Fisik berhala-berhala telah roboh. Bersamaan dengan itu, berhala pemikiran, kebudayaan, tradisi jahiliyah, dan pedoman hidup kaum musyrik juga telah rubuh. Syariat Allah SWT-lah yang kini tegak dan berjaya. Ini juga merupakan kemenangan tersendiri.
Baiat adalah kemenangan tersendiri
Seluruh penduduk Makkah berkumpul di masjidil Haram. Mereka mengikrarkan baiat masuk Islam, mendnegar, dan taat kepada Rasulullah SAW. Pertama kali adalah kaum laki-laki, disusul kaum wanita. Kaum wanita berbaiat untuk tidak berbuat syirik, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak mengada-adakan kebohongan, dan menaati Rasululah SAW dalam kebajikan. Baiat ini merupakan sebuah kemenangan tersendiri.
Adzan di atas Ka’bah
Atas perintah Rasulullah SAW, Bilal mantan budak yang teguh di atas keimanan diperintahkan naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan adzan. Suara adzan menggema ke seluruh penjuru kota, memasuki setiap relung hati manusia dan rumah.
Adzan adalah persaksian akan pentauhidan Allah dan kerasulan SAW disertai ketundukan dalam shalat, untuk menggapai kemenangan dunia dan akhirat, sebagai bukti nyata kemenangan agama Allah dan keagungan Allah Yang Maha Besar. Agama Allah berjaya di atas segala agama batil manusia, seperti agungnya suara adzan di atas Ka’bah.
Pengajaran Nabi SAW
Rasulullah SAW tinggal selama 20 hari di Makkah untuk memberikan pengajaran Islam kepada masyarakat. Beliau juga mengutus pasukan ke berbagai daerah sekitar Makkah untuk menghancurkan berhala-berhala yang selama ratusan tahun disembah oleh suku-suku Arab.
Dahulu saat pertama kali berdakwah di bukti Shafa, beliau dicaci maki dan dilempari kerikil. Kini seluruh penduduk Makkah menghadiri dakwah beliau dengan mata yang melihat, telinga yang mendengar, dan hati yang menerima. Kini beliau dengan lantang mencabut paganisme dan budaya jahiliyah sampai ke akar-akarnya. Di hari penaklukan Makkah, beliau berkhutbah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ ، وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا، فَالنَّاسُ رَجُلَانِ: بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ، وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ، وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ، وَخَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ قَالَ اللَّهُ: ” يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah melenyapkan fanatisme jahiliyah dan kebanggaan dengan nenek moyang dari diri kalian. Manusia hanya ada dua; orang mukmin lagi bertakwa yang mulia di sisi Allah, dan orang durjana yang celaka lagi hina di sisi Allah. Semua manusia keturunan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah. Allah berfirman,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al-Hujurat (49): 13) (HR. Tirmidzi no. 3193)
Penaklukan Makkah adalah kemenangan di atas kemenangan. Rasulullah SAW memasuki kota Makkah sambil membaca ayat,
“Katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’ (17): 81)
Katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (QS. Saba’ (34): 49)
Setiap zaman memilik kemenangan tersendiri
Pada setiap zaman dan setiap tempat, Allah mengutus di tengah umat ini orang-orang yang membuka penaklukan-penaklukan dan mengobati luka-luka umat. Hal itu sebagaimana Allah mengutus orang-orang yang memperbaharui ajaran Islam yang telah dilupakan dan menghidupkan kembali syariat Islam yang telah dicampakkan. Mereka semua disebutkan oleh hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ – عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ – مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun orang yang memperbaharui agama umat ini.” (HR. Abu Daud no. 3740, dishahihkan oleh Ibnu Atsir, As-Suyuthi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan lain-lain)
Manusia yang paling layak untuk menyandang kemuliaan tajdid adalah orang-orang yang Allah tegakkan untuk menghidupkan jihad dalam jiwa manusia, menghapus kehinaan umat, membebaskan tanah air kaum muslimin, menghidupkan kemuliaan umat, membangun jiwa dan meninggikan cita-cita mereka.
Dakwah Islam ini senantiasa berada dalam lindungan Allah sejak pertama kali dikumandangkan. Kemenangan Islam akan senantiasa terulang dan penaklukan Islam akan senantiasa terjadi. Allah telah menetapkan bahwa Ia akan senantiasa memenangkan Islam, menjayakan Rasul-Nya, dan menjadikan hamba-Nya yang beriman berkuasa di muka bumi. Saat itu terjadi, kekuasaan Islam akan mencapai seluruh penjuru bumi dan menjangkau setiap rumah.
Di bulan Ramadhan yang penuh berkah…bulan kemenangan ini…hidupkan kembali pelajaran-pelajaran agung dan keteladanan Rasulullah SAW dalam menaklukkan Makkah, pusat kesyirikan bangsa Arab. Ambil hikmahnya, kobarkan semangatnya, dan amalkan contoh baiknya, demi kemenangan-kemenangan Islam kontemporer di setiap tempat.
Wallahu a’lam bish shawab.
Ramadhan & Sirah Nabawwiyah #4
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth
PERANG BADAR.
Arrahmah.com – Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama di bulan Ramadhan. Di bulan yang penuh berkah ini pula, tepatnya hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan 2 H (13 Maret 624 H), pasukan Islam menerjuni peperangan besar melawan pasukan musyrik Quraisy di dekat sumur Badar. Badar adalah daerah yang berjarak 155 km dari Madinah, 310 km dari Makkah, dan 30 km dari pesisir pantai Laut Merah. Rasulullah SAW bersama 83 shahabat Muhajirin, 61 shahabat dari suku Aus, dan 170 shahabat dari suku Khazraj harus menghadapi 1000 orang prajurit musyrik Quraisy yang bersenjata lengkap.
Dengan izin Allah SWT, 70 orang musyrik Quraisy berhasil dibinasakan dan 70 orang musyrik lainnya ditawan. Di kalangan pasukan Islam, 6 shahabat Muhajirin dan 8 shahabat Anshar gugur sebagai syuhada’. Kemenangan telak pasukan Rasulullah SAW yang kecil atas pasukan musyrik yang besar itu diabadikan oleh Allah SWT sebagai yaumul furqan, hari pembeda antara kebenaran dengan kebatilan. Kebenaran Islam dari kebatilan jahiliyyah, kebenaran tauhid dari kebatilan syirik, kebenaran iman dari kebatilan kekufuran. Allah SWT berfirman,
“…Jika kalian beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal (8): 41)
Perang Badar adalah peperangan besar pertama antara kekuatan Islam dengan musuh-musuh Islam. Ia memang telah terjadi 1430 tahun yang lalu menurut kalender hijriyah. Namun sampai hari ini, bahkan sampai menjelang hari kiamat kelak, ia akan terus menjadi sumber pelajaran bagi kaum muslimin. Berjuta hikmah senantiasa ia pancarkan sebagai pelita jalan bagi para komandan dan prajurit jihad yang berjuang menegakkan Islam. Para dai, murabbi, mushlih, dan mujaddid, senantiasa menjadikannya sebagai panduan dalam meniti kerasnya jalan dakwah, tarbiyah, ishlah, dan tajdid.
Allah SWT menghendaki perang Badar sebagai pelajaran abadi bagi setiap muslim dan muslimah. Bukan sekedar melantunkan senandung shalawat Badar yang mengandung tawasul bid’ah dan syirik. Juga bukan hanya membaca atau menghafal kisahnya dari buku-buku Sirah Nabawiyah. Lebih dari itu, bagaimana kaum muslimin mengambil pelajaran akidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, politik, ekonomi, dan militer dari perang Badar. Itulah yang dikehendaki oleh Allah SWT sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS. Ali Imran (3): 13)
Saudaraku seislam dan seiman…
Kisah lengkap perang Badar sudah tertulis dalam buku-buku Sirah Nabawiyah. Shalawat Badar sudah terlalu sering kita dengar mengalun syahdu dari masjid dan majlis taklim. Namun, seberapa sering kita merenungkan dan mengambil pelajaran dari perang Badar? Sudahkah kita meluangkan waktu kita di bulan terjadinya perang Badar ini dalam kajian serius tentang hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik darinya? Sudahkah kita menjadi Ulil Abshar (orang-orang yang mempunyai mata hati) yang melaksanakan firman Allah SWT di atas?
Perang Badar adalah panggung nyata pelajaran akidah. Ia mengajarkan kemurnian niat lillahiTa’ala dalam perjuangan, bukan memburu nikmat duniawi dengan kendaraan agama. Ia mengajarkan tawakal, tsiqah (percaya sepenuhnya), isti’anah (meminta pertolongan), dan istighatsah (meminta pertolongan saat bencana menimpa) kepada Allah semata. Ia menegaskan mu’jizat Nabi SAW, karamah para shahabat, dan turunnya pertolongan Allah. Ia meneguhkan iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan malaikat-Nya. Ia mengajarkan wala’ kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum beriman. Ia mengabadikan bara’ kepada kaum musyrik, walau mereka adalah ayah, anak, saudara, atau kaum kerabat sendiri.
Perang Badar adalah wahana langsung pembelajaran ibadah. Ada pelajaran thaharah lewat air hujan. Ada pelajaran shalat wajib berjama’ah walau musuh sudah sejarak pandangan mata. Ada pelajaran shalat malam dan larut dalam khusyu’nya doa sebagai bekal sebelum berperang. Ada pelajaran dzikir sebelum, ketika, dan sesudah berperang.
Perang Badar mengajarkan akhlak secara praktik. Ia mengajarkan kepada setiap prajurit muslim untuk mendahulukan ajakan Allah dan Rasul-Nya walau tidak sesuai dengan keinginan dan kepentingan pribadi. Ia mengajarkan sikap siap dan taat kepada Rasulullah SAW meski bertolak belakang dengan kepentingan hawa nafsu. Ia mengajarkan pentingnya sabar dan tsabat (teguh, tidak mundur) saat bertemu musuh. Ia mengajari setiap komandan untuk bermusyawarah dengan bawahan, mencintai pasukan, dan mempedulikan semua kebutuhan mereka.
Perang Badar mengajarkan mu’amalah secara benar. Darinya, komandan memahami hak dan kewajibannya terhadap anggota pasukan. Pasukan mengenali hak dan kewajibannya terhadap komandan. Ia juga mengajarkan etika terhadap tawanan, harta rampasan perang, dan tebusan terhadap tawanan.
Perang Badar adalah teladan dalam ilmu kemiliteran. Memilih posisi yang tepat, menyediakan logistic yang cukup, mengirim mata-mata, menghimpun data yang akurat tentang kekuatan musuh, musyawarah komandan dengan para penasehat militer, membangun pos komando, menyiapkan dan mengatur barisan, mengatur siasat perang, ketaatan kepada komandan, kesolidan pasukan, keberanian dan keteguhan di medan laga, dan banyak pelajaran lainnya.
Perang Badar adalah sarana pembelajaran strategi ekonomi. Melemahkan kekuatan ekonomi musuh dengan menghadang dan merampas kafilah dagang mereka agar tidak dipergunakan sebagai sarana memerangi kaum muslimin, adalah tujuan utama keberangkatan pasukan Islam ke medan Badar. Suatu hal yang kini digembar-gemborkan oleh media massa zionis-salibis-sekuleris sebagai pembajakan, perampokan, dan kejahatan terhadap usaha bisnis kapitalis mereka.
Perang Badar juga merupakan ajang pertarungan politik antara kedua belah pasukan. Pihak yang menang akan meraih kepercayaan diri yang tinggi dan penghormatan dari bangsa Arab di seantero Jazirah Arab. Kaum Yahudi mulai memperhitungkan kekuatan kaum muslimin. Dan kaum musyrikin di Madinah terpaksa menampakkan diri sebagai orang-orang muslim, demi menyelamatkan nyawa dan harta mereka. Penduduk Madinah terbagi menjadi tiga; muslim, munafik, dan Yahudi. Kekuasaan Rasulullah SAW di Madinah semakin mantap, sedang kaum Yahudi dan munafik selalu mencari-cari kesempatan yang tepat untuk menikam dari belakang.
Bahkan perang Badar membawa dampak luar biasa bagi bidang pendidikan. Anak-anak kaum muslimin di Madinah sibuk belajar baca-tulis. Gurunya adalah para tawanan perang musyrik yang memiliki keahlian baca-tulis, sebagai syarat pembebasan mereka. Pemberantasan buta huruf dan aksara begitu digalakkan. Kebodohan adalah musuh yang harus diperangi, sebagaimana mereka memerangi pasukan musrik di lembah Badar.
Benar yang beradu langsung adalah otot dan senjata di lembah Badar. Namun dimensi dan dampaknya meluas, merambah semua sektor kehidupan kaum muslimin dan kaum musyrikin. Demikian pentingnya kemenangan dan demikian berbahayanya kekalahan dalam perang ini, sehingga semalam suntuk Nabi SAW berdoa sambil menangis dalam shalat malamnya,
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي .. اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي.. اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإسلام لا تُعْبَدْ فِي الأرْضِ!!
“Ya Allah, laksanakanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah, karuniakanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah,jika Engkau membiarkan kelompok kecil umat Islam ini kalah binasa, niscaya Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi!” (HR. Muslim no. 3309)
Saudaraku seiman dan seislam…
Bulan Ramadhan adalah bulan jihad, ribath, dan kemenangan. Kemenangan mujahidin Imarah Thaliban di Afghanistan atas pasukan salibis NATO dan murtadin…kemenangan mujahidin Imarah Islam di Iraq atas pasukan salibis dan murtadin…kemenangan mujahidin Asy-Syabab atas pasukan salibis-murtadin di Somalia…kemenangan mujahidin Aden-Abyan atas pasukan murtadin di Yaman…dan kemenangan-kemenangan mujahidin lainnya di seluruh dunia…semoga merupakan rentetan panjang dari kemenangan telak perdana pasukan Islam di medan Badar tahun 2 H.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kemenangan kepada mujahidin Islam yang ikhlash berjuang demi tegaknya syariat Allah di muka bumi sesuai manhaj Rasul-Nya…siapa pun mereka…di manapun mereka berada…dan kapan pun waktunya. Amien.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Ramadhan & Sirah Nabawwiyah #3
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth
No comments:
Post a Comment